I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Protein
merupakan salah satu unsur terpenting penyusun makhluk hidup. Seperti halnya
unsur lainnya seperti karbohidrat, protein juga memiliki sifat dan fungsi. Beberapa fungsi utama protein
dalam organisme kehidupan antara lain sebagai bahan penyusun selaput sel dan
dinding sel, jaringan pengikat, pembentuk membran sel, mengangkut
molekul-molekul lain (hemoglobin) dan sebagai zat antibodi.
Protein dapat
diperoleh dari makanan yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Protein yang
berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan yang berasal dari tumbuhan
disebut protein nabati. Beberapa makanan sumber protein adalah daging, telur,
susu, ikan, beras, kacang, kedelai, gandum, jagung, dan buah-buahan. Tumbuhan
membentuk protein dari CO2, H2O dan senyawa nitrogen.
Hewan yang makan tumbuhan mengubah protein nabati menjadi protein hewani.
Disamping digunakan untuk pembentukan sel-sel tubuh, protein juga dapat
digunakan sebagai sumber energi apabila tubuh kekurangan karbohidrat dan lemak (Lehninger,
1982)
Protein yang terdapat dalam makanan kita dicernakan dalam lambung dan usus
menjadi asam-asam amino, yang diabsorsi dan dibawa oleh darah ke hati. Sebagian
asam amino diambil oleh hati, sebagian lagi diedarkan ke dalam
jaringan-jaringan di luar hati. Hati merupakan
organ tubuh dimana terjadi reaksi katabolisme maupun anabolisme. Asam amino
yang terdapat dalam darah berasal dari tiga sumber, yaitu absorpsi melalui
dinding usus, hasil penguraian protein dalam sel dan hasil sintesis asam amino
dalam sel. Uji protein dengan metode identifikasi protein secara kualitatif dapat
menggunakan prinsif Uji Biuret, yaitu pembentukan senyawa kompleks koordinat
yang berwarna yang dibentuk oleh Cu²+ dengan gugus CO dan NH pada ikatan peptida dalam larutan suasana basa (Poedjiadi,
1994).
1.2. Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum tentang protein adalah untuk mengamati perubahan yang
terjadi pada uji biuret.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Protein
Protein merupakan senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama
lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung
komposisi rata-rata unsur kimia yaitu karbon 50%, hidrogen 7%, oksigen 23%,
nitrogen 26%, dan kadang kala sulfur 0-3% serta fosfor 0-3%. Protein dapat
tidak stabil terhadap beberapa faktor yaitu pH, radiasi, suhu, medium pelarut
organik, dan detergen (Kimbal, 1992).
2.2. Klasifikasi Protein
Berdasarkan komponen penyusunnya protein, dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu, protein sederhana dan protein majemuk.
Protein sederhana sendiri
mempunyai definisi yaitu protein yang molekulnya sederhana dan hanya tersusun
atas asam amino. Contoh: albumin, globulin, prolamin, gluteon, histon,
protamin. Pada protein majemuk merupakan susunan atas protein sederhana dan
zat-zat lain yang bukan protein yang disebut radikal protetis. Contohnya
phosphoprotein, nukleoprotein, lipoprotein, mikroprotein, dan klomoprotein (Soemardjo,1997).
2.3.
Denaturasi Protein
Denaturasi suatu protein merupakan hilangnya
sifat-sifat struktur lebih tinggi oleh terkacaunya ikatan hidrogen dan
gaya-gaya sekunder lain yang mengutuhkan molekul itu. Akibat suatu denaturasi
adalah hilangnya banyak sifat biologis protein itu. Salah satu faktor yang
menyebabkan denaturasi suatu protein ialah perubahan temperatur. Memasak putih telur merupakan contoh
denaturasi yang tak reversibel. Suatu putih telur adalah cairan tak berwarna
yang mengandung albumin, yakni protein globular yang larut. Pemanasan putih
telur akan mengakibatkan albumin itu membuka lipatan dan mengendap. Perubahan pH juga dapat menyebabkan denaturasi (Martoharsono,
1993).
III. BAHAN DAN METODE
3.1.
Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum tentang protein
ini dilaksanakan pada hari Jumat, 13 Desember 2013 pukul 13.00-14.30 WIB di
Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Palangka Raya.
3.2.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikum
kali ini adalah larutan albumin, CuSO4, dan larutan NaOH 0,1 %.
Sedangkan alat yang digunakan yaitu tabung reaksi, pipet tetes, gelas ukur, dan
rak tabung reaksi.
3.3.
Cara Kerja
1)
Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan
2)
Kemudian memasukkan larutan albumin
sebanyak 1 ml kedalam tabung reaksi
3)
Menambahkan larutan NaOH 1 ml dan CuSO4
0,1 N sebanyak dua tetes, dan mengamati perubahan yang terjadi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut :
Tabel Hasil Pengamatan Uji Biuret
No
|
Bahan awal
|
Ulangan
|
Bahan Tambahan
|
Perubahan
warna yang terjadi
|
1
|
Albumin
1 ml
|
1
|
CuSO4
+
NaOH
2 tetes
|
Warna ungu
pekat
|
2
|
CuSO4
+
NaOH
2 tetes
|
Warna ungu
pekat
|
4.2.
Pembahasan
Uji biuret dilakukan untuk
mengetahui ada atau tidaknya ikatan peptida, banyak atau sedikitnya ikatan
peptida dalam protein.
Pada awalnya putih telur dicampur dengan air sebanyak 200 ml (larutan albumin).
Kemudian masing-masing tabung reaksi dicampur dengan NaOH 0,1% dengan mula-mula
berwarna putih. Setelah ditambahkan CuSO4 berubah menjadi ungu. Hal
ini menunjukkan bahwa larutan bereaksi positif terhadap uji biuret.
V. PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Protein merupakan senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama
lain dengan ikatan peptida. Uji biuret dilakukan untuk mengetahui
ada atau tidaknya ikatan peptida, banyak atau sedikitnya ikatan peptida dalam
protein. Berubahnya
warna menjadi ungu menunjukkan bahwa larutan bereaksi positif terhadap uji
biuret.
DAFTAR
PUSTAKA
Kimball, Jhon W. 1992. Kimia Edisi Kelima. Erlangga, Jakarta
Lehninger.
1982. Biokimia Dasar. Erlangga, Jakarta.
Martoharsono,
S. 1993. Biokimia. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Poedjiadi, Anna.
1994. Dasar – dasar Biokimia. Universitas Indonesia, Jakarta.
Soeharsona.
1992. Biokimia Jilid I. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Soemardjo,
Damin. 1997. Kimia Kedokteran UNDIP. Semarang, Universitas Diponegoro,
Semarang.
![]() |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar